Rabu, 29 Oktober 2008

resume mata kuliah bahasa jurnalistik

EYD DALAM BAHASA JURNALISTIK

A. PENULISAN HURUP KAFITAL

1. jabatan tidak diikuti nama orang

Dalam butir 5 pedoman EYD dinyatakan,huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikui nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu , nama istansi ,atau nama tempat.

2. Hurup pertama nama bangsa

Dalambutir 7 dinyatakan,huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,.suku bangsa,dan bahasa.

3. Nama geografi sebagai nama jenis

dalam butir 9,huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.

4. Setiap unsure bentuk ulang sempurna


dalam butir 11 dinyatakan ,huruf kapital dipakai sebagai huruf sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang yang sempruna yang terdapat pada nama badan,lembaga pemerintahan,dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

5. Penulisan kata depan dan kata sambung

Dalam butir 12 dinyatakan,huruf ka[ital dipakai sebagaihuruf pertama semua kata (tremasuk semua unsur kata ulang senpurna)didalam nama buku ,majalah,surat kabar,dan judul karangan kecuali kata seperti di,ke,dari,dan yang,dan untuk yang todak terletak pada posisi awal.

B. PENILISAN HURUF MIRING

1. penulisan kata buku

pada butir 1 pedoman penulisan huruf miring ditegaskan,huruf miring pada cetakan dipakai untuk menulis nama buku , majalah ,dan surat kabar yang ditulis dalam kutipan .

2. Penulisan penegasan kata

Butir 2 pedoman penulisan huruf miring menyatakan,huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,kata ,atau kelompok kata .

3. Penulisan kata nama ilmiah

Butir 3 pedoman penulisam huruf miring menegaskan, huruf miring dan cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaan.

C. PENULISAN KATA TURUNAN

1. Gabungan kata dapat awalan akhiran

Butir 2 pedoman penulisan kata turunan menegaskan, jika bemtuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsure gabungan kat itu di tulis serangkai.

2. Gabungan kata dan kombinasi

Butir 4 pedoman penulisan kata turunan menyatakan,jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi , gabungan kata itu ditulis serangkai.

D. PENULISAN GABUNGAN KATA

1. Penulisan gabungan kata istilah khusus

Butir 2 pedoman penulisan gabungan kata mengingatkan ,gabungan kata, tyermasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubungan untuk menegaskan pertalian di antara unsure yang bersangkutan.

2. Penulisan gabungan kata serangkai

Butir 3 penulisan gabungan kata menegaskan,gabungan kata berikut harus ditulis serangkai

5. PENULISAN PARTIKEL

1. penulisan partiken pun

butir 2 tentang penulisan partikel mengingatkan,partilel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

2. Penulisan partilel per

Butir 3 tentang penulisan partikel menyebutkan ,partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahukui atau mengikutinya.

6. PENULISAN SINGKATAN

1. Penulisan singkatan umum tiga huruf

Pedoman EYD mengingatkan,singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti tanda titik .

2. penulisan singkatan mata uang

pedoman EYD menegaskan lambang kimia ,singkatan satuan ukuran ,takaran,timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik

G. PENULISAN AKRONIM

1. Akronim nama diri

Pedoman EYD menyatakan,akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awak huruf kapital.

2. Akronim bukan nama diri

Menurut oedoman EYD,akronim yang bukan nama diriyang berupa gabungan huruf ,suku kata atau pun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

H. HURUF ANGKA

Pedoman EYD menetapkan empat jenis penulisan angka

I. PENULISAN LAMBANG BILANGAN

1. penulisan lambang bilangan satu-dua kata

pedomsn EYDmenetapkan ,penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kali tulisan dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan ,seperti dalam perincian dan perurutan.

2. penulisan lambang bilangan awal kalimat

lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.

3. penulisan lambang bilangan utuh

angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya libih mudah dibaca .

4. penilisan lambang bilangan angka huruf

bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali didalam dokumen resmi seprti akta dan kuitansi.

resume mata kuliah bahasa jurnalistik

Selasa, 21 Oktober 2008

Yuni Siti Munawaroh

Posisi Bahasa Jurnalistik

(Wednesday, 28 November 2007) - Kontributor: infokom - Terakhir Diperbaharui ()
Bahasa jurnalistik mempunyai kekuatan berupa struktur bahasa komunikatif dengan maksud dapat menyampaikan
pesan atau berita secara efektif. Dalam hal ini posisi bahasa jurnalistik menjadi strategis sebagai panutan bagi
masyarakat pembaca dan ragamnya tergolong ragam bahasa baku. “Baku tidak sama dengan kaku. Baku sejalan
dengan penyeragaman kaidah, tanpa menghilangkan variasi bahasa. Variasinya oke, kebakuannya pun tetap terjaga”,
ungkap Amir Machmud dalam Pelatihan Menulis Berita yang digelar Kantor Informasi dan Komunikasi Kota Semarang
selama dua hari, Selasa (27/11) dan Rabu (28/11).
Amir Machmud selaku pembicara pada materi Bahasa Indonesia Jurnalistik mengungkapkan, posisi bahasa jurnalistik ini
semacam laboratorium bagi pembacanya, apa yang disampaikan dan ciri khas bahasa suatu media akan menjadi
perhatian, bahkan tidak menutup kemungkinan akan menjadi trend-setter. Maka, kemampuan bahasa jurnalistik yang
digunakan dalam menulis berita perlu dilatih.
Menurut Amir upaya melatih kemampuan berbahasa, diantaranya selalu menggunakan perasaan sebagai uji internal
terhadap tulisan yang sedang disusun, biasakan mengoptimalkan kata demi kata sebagai kekuatan, kalimat demi kalimat
sebagai pilar keindahan. “Karena pada akhirnya kita dapat merasakan, kemampuan berbahasa sebagai ekspresi seni,
yang dapat melenakan pembaca dengan kalimat membuai”, tuturnya.
Pelatihan yang diikuti 60 orang peserta dari lingkungan pemkot Semarang dan perwakilan kecamatan ini digelar sebagai
upaya mendukung kinerja Badan Koordinasi Manajemen Informasi (BAKOMINFO) yang ada di lingkungan pemerintah
Kota Semarang. Pada kesempatan tersebut peserta selain mendapat pengarahan bagaimana menulis berita yang
disampaikan Zaenal Abidin, dan cara membuat berita investigasi oleh Sriyanto Saputro, peserta juga langsung
mempraktekkan bagaimana menulis berita yang baik dan benar.

Siti Solihah

Posisi Bahasa Jurnalistik

BAHASA yang digunakan oleh media massa (bahasa jurnalistik) menempati posisi tersendiri, sebab bahasa jurnalistik lebih dahulu, lebih sering, dan lebih banyak sampai ke khalayak serta lebih banyak dipakai dan dijadi-kan acuan bagi masyarakat. Karena itu, bahasa jurnalistik berpengaruh besar bagi masyarakat.

Dalam ragam bahasa jurnalistik juga mengenal kata serapan, termasuk kata serapan dari Bahasa Arab. Namun, hingga saat ini pedoman penulisan transliterasi tersebut masih bias, sehingga banyak sekali perbedaan penulisan antara media satu dan lainnya. Hal itu sangat mengkhawatirkan bagi masyarakat/pembaca yang ingin menirunya.

Dari diskusi "Transliterasi Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia: Studi Banding KBBI" di Suara Merdeka (24/11) lalu, terdapat perbedaan mencolok antara pedoman transliterasi yang digunakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sebagai pedoman yang memiliki legitimasi dari Departemen Pendidikan Nasional,dan Pedoman Transliterasi Arab-Latin (PTAL) terbitan Departemen Agama RI,yang saat ini selalu dipakai oleh kalangan akademik.

Pedoman transliterasi dalam KBBI dilakukan melalui tiga cara, yakni penyesuaian huruf, penerjemahan, dan penggabungan penyesuaian dan penerjemahan, sedangkan PTAL merupakan hasil kesepakatan para ahli Bahasa Arab dan ulama.

Penulisan kata serapan Bahasa Arab dalam KBBI mudah diaplikasikan oleh kalangan jurnalis ke dalam tugas-tugas penulisan dan secara teknis familiar terhadap perangkat dunia percetakan umum di Indonesia, tetapi persentase penulisan kata itu banyak sekali jauh dari kaidah-kaidah ilmiah sehingga maknanya pun sering menyimpang.

Sementara itu, argumentasi PTAL dapat dipertanggungjawabkan terhadap kaidah-kaidah ilmiah, namun secara teknis menyulitkan dalam perangkat dunia percetakan umum di Indonesia. Tidak semua simbol-simbol tertentu dalam PTAL familiar terhadap perangkat yang ada. Untuk dapat diaplikasikan ke dalam dunia percetakan, para teknisi harus memasang perangkat tertentu yang dikenal dengan Install Arabic.

Pedoman yang Aman

Ada satu hal menarik dalam diskusi tersebut, yakni alternalif pedoman transliterasi yang ditawarkan oleh Prof Dr Syamsul Hadi SU MA (UGM). Pedoman alternatif itu bertujuan untuk meminimalisasi kesalahan penulisan dari kaidah-kaidah ilmiah, sehingga kalangan ahli Bahasa Arab baik dari ulama, akademik, maupun jurnalistik dapat menerimanya secara teoretis dan praktis.

Dari segi teknis juga tidak menyulitkan dunia percetakan. Namun, sejauh ini usulan tersebut masih belum mendapat pengakuan dan saat ini hanya digunakan secara konsisten oleh pihak intern.

Ketiga pedoman transliterasi Bahasa Arab di atas memiliki kekuatan argumentasi sendiri-sendiri, sehingga wajar bila kaum jurnalistik bimbang untuk konsisten terhadap satu pedoman saja. Saat ini literatur resmi dan pedoman utama yang masih digunakan oleh para jurnalis untuk mengantisipasi kesalahan penulisan transliterasi itu adalah KBBI, namun masing-masing personal redaksi acap kali tidak berterima dengan KBBI.

Mereka mencoba beradu argumentasi dengan segala alasan dan latar belakang kemampuan pengetahuan bahasa mereka yang beragam. Karena itu, KBBI mutlak harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah agar tidak menimbulkan pertentangan penulisan bagi para jurnalis.

Untuk mengatasi segala polemik bahasa yang sering muncul tersebut, pada akhirnya kekuatan kekuasaan masing-masing redaksi menyudahinya dengan cara menetapkan kesepakatan secara intern dan hal itu dianggap sah serta menjadi keputusan final sebuah redaksi, meski di luar koridor tersebut masih menjadi pertentangan kecil bagi masing-masing personel.

KBBI Berkualitas

Mungkin masih banyak lagi alternatif-alternatif dari para ahli bahasa lain yang belum tersosialisasikan, sehingga dibutuhkan suatu forum formal untuk menampung segala usulan tersebut. Kemudian dikaji bersama lebih dalam, dengan melibatkan para ahli Bahasa Arab, akademisi, ulama ñyang intens terhadap pemakaian buku-buku berbahasa Arab-, dan jurnalis -sebagai garda depan pemakai bahasa yang baik dan benar-. Selanjutnya diharapkan tercapai kesepakatan sesuai yang diharapkan. Kapan tujuan mulia itu dapat terwujud? Semoga Pusat Bahasa sebagai lembaga resmi yang didirikan pemerintah mampu menjadi pencetus ide awal dan mediator yang baik.

Menyinggung soal isu penerbitan KBBI IV pada akhir 2008, ada baiknya bila segera dilakukan langkah konkret bagi pertemuan forum formal tersebut.

Kita tidak tahu persis sejauh mana penggodokan entri-entri kata baru yang akan masuk ke dalam KBBI IV nanti, termasuk entri serapan dari Bahasa Arab. Untuk itu, sebelum terlambat, masukan ataupun informasi dari semua pihak perlu diperhatikan demi perbaikan kualitas KBBI IV.

Sebagaimana tertulis dalam halaman Latar Belakang Perkamusan KBBI, "Öpenelitian kamus harus didukung oleh penelitian yang mendalam dan berkelanjutan...", mungkin harus ditambahkan pula"Öserta melibatkan lebih banyak pihak-pihak yang berkompetenÖ" (11)

Senin, 20 Oktober 2008

4. yuni siti munawaroh

resume mata kuliah "bahasa jurnalistik"

"posisi bahasa jurnalistik"

sercara umum yaitu strategis,karena;
1. menjadi bahasa khusus dalam media
2. bisa menjadi laboratorium bahasa ,reperensi bahasa,rujukan bahasa untuk masyarakat,sehingga menjadi trendsetter penggunaan bahasa untuk masyarakat
3. bahasa jurnalistik merupakan subsistem dari bahasa indonesia (anaknya bahasa indonesia)sehingga tidak dapat disejajarkan dengan pengecualian tertentu.

3. siti solihah

resume mata kuliah "bahasa jurnalistik"

"posisi bahasa jurnalistik"

sercara umum yaitu strategis,karena;
1. menjadi bahasa khusus dalam media
2. bisa menjadi laboratorium bahasa ,reperensi bahasa,rujukan bahasa untuk masyarakat,sehingga menjadi trendsetter penggunaan bahasa untuk masyarakat
3. bahasa jurnalistik merupakan subsistem dari bahasa indonesia (anaknya bahasa indonesia)sehingga tidak dapat disejajarkan dengan pengecualian tertentu.

2. nenden kurniasih

resume mata kuliah "bahasa jurnalistik"

"posisi bahasa jurnalistik"

sercara umum yaitu strategis,karena;
1. menjadi bahasa khusus dalam media
2. bisa menjadi laboratorium bahasa ,reperensi bahasa,rujukan bahasa untuk masyarakat,sehingga menjadi trendsetter penggunaan bahasa untuk masyarakat
3. bahasa jurnalistik merupakan subsistem dari bahasa indonesia (anaknya bahasa indonesia)sehingga tidak dapat disejajarkan dengan pengecualian tertentu.

2. nenden kurniasih

resume mata kuliah "bahasa jurnalistik"

"posisi bahasa jurnalistik"

sercara umum yaitu strategis,karena;
1. menjadi bahasa khusus dalam media
2. bisa menjadi laboratorium bahasa ,reperensi bahasa,rujukan bahasa untuk masyarakat,sehingga menjadi trendsetter penggunaan bahasa untuk masyarakat
3. bahasa jurnalistik merupakan subsistem dari bahasa indonesia (anaknya bahasa indonesia)sehingga tidak dapat disejajarkan dengan pengecualian tertentu.